Usia Menikah Hingga Tubuh ‘Ideal’ Setelah Melahirkan, Ini 4 Standar Ganda yang Masih Sering Di alami Wanita

Kesetaraan gender masih menjadi isu global yang terus diperjuangkan banyak pihak. Namun sayangnya, menurut laporan dari World Economic Forum, diperkirakan akan membutuhkan waktu hampir 136 tahun lagi untuk mencapai kesetaraan gender di dunia. Laporan tersebut diambil dengan melihat empat sektor, yaitu partisipasi dan peluang ekonomi, pendidikan, kesehatan, dan pemberdayaan politik.

Masih banyak ketidakadilan yang harus dihadapi perempuan dalam kehidupan sehari-hari. Adanya standar ganda atau double standard dari masyarakat menjadi tantangan tersendiri.

Standar ganda adalah istilah untuk menggambarkan kondisi di mana seperangkat prinsip yang berbeda diterapkan pada situasi yang pada prinsipnya sama. Ini sering digunakan untuk menggambarkan perlakuan di mana satu kelompok diberikan lebih banyak kebebasan daripada yang lain. Contohnya dapat dilihat pada ketidaksetaraan gender.

Berikut beberapa standar ganda yang masih sering dialami wanita. Simak ulasannya!

Suami Dipuji Saat Membesarkan Anak, Tapi Itu Biasa Bagi Istri

Sebuah studi tahun 1998 di Psychology of Women Quarterly menemukan bahwa suami lebih cenderung dipuji dan dikagumi ketika mereka terlibat dalam pengasuhan. Standar ganda ini telah mengakar kuat di masyarakat hingga saat ini.

Ketika seorang ibu mengasuh anak-anaknya, masyarakat beranggapan bahwa inilah yang diharapkan dari seorang figur ibu. Namun, ketika seorang suami membantu merawat anak, baik memberi makan atau mengganti popok, itu dianggap sebagai pencapaian yang luar biasa. Padahal, baik ayah maupun ibu, harus bersama-sama menjaga dan merawat anaknya.

‘Dad Bod’ dianggap menarik, tapi wanita diharapkan langsing

Dad bod adalah sebutan untuk pria dengan tubuh yang tidak terlalu gemuk namun memiliki perut yang buncit serta otot lengan dan perut yang sedikit terlihat. Bentuk tubuh ini dianggap menarik, dan tak sedikit wanita yang menyukai dad bod ini.

BACA JUGA:  Microsoft Mengutuk Invasi Rusia ke Ukraina

Namun di sisi lain, wanita yang baru saja melahirkan sepertinya dituntut untuk mendapatkan kembali tubuh idealnya. Tak sedikit wanita yang berjuang mati-matian agar tubuhnya kembali langsing setelah melahirkan dengan berbagai cara. Biasanya hal ini disebabkan adanya tuntutan dari masyarakat, bahkan tidak jarang dari orang terdekat.

Tanggung Jawab Mengasuh Anak Diwariskan kepada Wanita

Menurut data Biro Statistik Tenaga Kerja, sekitar 2,5 juta wanita berhenti dari pekerjaannya selama pandemi COVID-19. Pasalnya, banyak sekolah dan tempat penitipan anak terpaksa berhenti beroperasi akibat pandemi. Sementara itu, sekitar 1,8 juta pria berhenti dari pekerjaannya. Perbedaan yang signifikan ini merupakan bukti bahwa sebagian besar perempuan bertanggung jawab untuk membesarkan anak.

“Perempuan cenderung menempati posisi yang lebih penting di tempat kerja, dan itu adalah sesuatu yang seringkali tidak bisa dilakukan dari rumah. Mereka harus keluar rumah. [of the house],” kata Liz Elting, pendiri dan CEO Elizabeth Elting Foundation, dikutip dari Insider.

Bahkan jika seorang ibu bekerja dari rumah, mereka akan melakukannya sambil merawat dan merawat anak, yang bukan hal yang mudah.

Tuntutan Masyarakat di Usia Menikah

Banyak tuntutan masyarakat yang ditujukan kepada perempuan. Dan sepertinya tuntutan tersebut harus dipatuhi, jika tidak, maka bersiaplah menjadi bahan gosip. Misalnya, seorang wanita berusia 24 tahun ke atas mungkin dihantui oleh pertanyaan kapan harus menikah.

Menurut masyarakat, usia tersebut merupakan usia ideal bagi perempuan untuk menikah. Jika Anda terlambat menikah, Anda akan dicap sebagai tidak laku, terlalu pilih-pilih, dan asumsi menghakimi lainnya. Sedangkan bagi laki-laki jika belum menikah sampai usia 30-an dianggap wajar. Bahkan, dikatakan usia yang matang.