Pemanasan global menciptakan masalah yang menumpuk di dunia. Salah satunya adalah perubahan siklus air. Air dari seluruh dunia secara dramatis berpindah dari lokasi biasanya, berubah dari daerah yang lebih hangat ke daerah yang lebih dingin.
Seperti dilaporkan dalam jurnal Nature, setidaknya dua kali lebih banyak air tawar telah berpindah dari daerah yang lebih panas ke lebih dingin daripada yang diprediksi oleh model iklim para ilmuwan. Dari mempelajari konsentrasi garam di lautan, para ilmuwan dapat memberikan gambaran seberapa besar perubahannya.
“Kami sudah tahu dari pekerjaan sebelumnya bahwa siklus air global semakin intensif. Kami hanya tidak tahu seberapa banyak,” kata penulis utama Dr Taimoor Sohail, dari University of New South Wales, dalam sebuah pernyataan.
Diketahui bahwa 80% dari presipitasi dan penguapan terjadi di atas lautan. Di daerah yang lebih hangat, penguapan menghilangkan air segar dari laut meninggalkan garam. Inilah yang membuat laut menjadi lebih asin.
Studi tersebut memperkirakan bahwa selama 44 tahun, antara 77.000 dan 46.000 kilometer kubik air tawar telah bergeser dari daerah tropis dan subtropis menuju kutub. Itu setara dengan menutupi seluruh Amerika Serikat di sekitar 8 hingga 5 meter air.
“Perubahan siklus air dapat berdampak kritis pada infrastruktur, pertanian, dan keanekaragaman hayati. Oleh karena itu, penting untuk memahami bagaimana perubahan iklim memengaruhi siklus air sekarang dan di masa depan,” kata Dr Sohail.
Nah, jika ini terjadi, krisis air bisa menjadi ancaman bagi manusia di seluruh dunia dalam waktu dekat. Saatnya untuk mulai membuat perubahan! Demikian diluncurkan Science Alert.