Rusia Dituduh Menggunakan Bom Vakum, Kehancurannya Mengerikan

Sejumlah kelompok hak asasi manusia (HAM) dan Duta Besar Ukraina untuk Amerika Serikat (AS) kompak menuding Rusia menyerang Ukraina menggunakan bom curah dan bom vakum. Kedua senjata tersebut dikecam oleh berbagai organisasi internasional.

Bom vakum, nama lain termobarik, yang memiliki kemampuan mengerikan. “Mereka menggunakan bom vakum hari ini,” kata Duta Besar Ukraina untuk Amerika Serikat, Oksana Markarova usai pertemuan dengan anggota Kongres AS, Senin (28/2) waktu setempat.

“Kehancuran yang coba ditimbulkan oleh Rusia di Ukraina sangat besar,” katanya.

Penggunaan bom termobarik ini dilarang oleh konvensi Jenewa, karena kerusakan parah yang ditimbulkannya. Bahkan julukannya adalah ‘bapak segala bom’ dan juga dianggap paling mematikan di luar bom nuklir.

Bom ini biasanya terdiri dari wadah bahan bakar dan dua bahan peledak terpisah. Thermobaric efektif di ruang terbuka dan tertutup, seperti bunker.

Ia mampu menyedot oksigen dari udara sekitarnya untuk menghasilkan ledakan suhu tinggi dan menghasilkan gelombang ledakan yang secara signifikan lebih lama durasinya daripada bahan peledak konvensional dan mampu menguapkan tubuh manusia.

Saat ditembakkan, ledakan itu menyebarkan ‘awan kimia’ di udara, seperti semprotan deodoran yang mematikan.

‘Awan’ gas ini dapat merembes ke mana-mana, ke dalam gedung dan sekitarnya, sebelum ledakan sekunder menyulut ‘awan’, menyebabkan ledakan besar dan tahan lama. Ledakan itu dapat membunuh manusia secara mengerikan, bahkan pelindung tubuh tidak berguna.

“Tembakan roket TOS-1 akan melenyapkan apa pun dalam jarak 200 hingga 300 meter dari zona ledakan,” kata pakar militer Sebastian Roblin.

Selain itu, di luar zona ledakan, gelombang tekanan kuat yang dihasilkan dari ledakan dapat menghancurkan tulang, merusak mata, menyebabkan pendarahan dalam, merusak telinga, pencernaan, dan organ dalam lainnya. Oksigen dapat diserap dari paru-paru sehingga korban pingsan dan meninggal.

“Mereka yang berada di titik ledakan akan dihancurkan. Yang lain akan menderita banyak luka dalam dan tidak terlihat, dari gendang telinga yang pecah, paru-paru yang rusak dan kemungkinan kebutaan,” kata CIA.

Teknologi ini diciptakan pada tahun 1980-an dan tidak hanya oleh Rusia, negara-negara seperti Amerika Serikat juga telah mengembangkannya. Idenya sudah ada sejak Perang Dunia II.

Militer AS telah menggunakannya di Vietnam, terutama untuk membuka hutan untuk pendaratan helikopter. Juga perang di Afghanistan selama perburuan Osama Bin Laden. Sementara Rusia, misalnya, menggunakannya dalam konflik di Chechnya sekitar dua dekade lalu.