Peran vaksinasi setelah dua tahun pandemi di Indonesia

Hari ini tepat dua tahun sejak Indonesia melaporkan kasus pertama COVID-19, yang diumumkan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana Merdeka, Jakarta.

Pasien pertama dan kedua secara nasional adalah seorang ibu berusia 64 tahun dan putrinya yang berusia 31 tahun dari Depok, Provinsi Jawa Barat.

Sejak itu, bangsa ini telah mengalami tiga gelombang pandemi. Secara total, lebih dari 5,5 juta orang telah terinfeksi dan 148.660 orang meninggal.

Untuk menekan penyebaran COVID-19 di Indonesia, pemerintah meluncurkan vaksinasi COVID-19 pada 13 Februari 2021, saat puncak gelombang pertama infeksi virus corona, dengan rekor 89 ribu kasus dilaporkan. Saat itu, vaksin diprioritaskan untuk tenaga kesehatan yang berada di garda terdepan penanganan pandemi ini.

Hampir sebulan lalu, pemerintah memperluas target vaksinasi menjadi 208 juta orang untuk menjangkau lebih banyak masyarakat, mulai dari kelompok lanjut usia (22,5 juta) dan pekerja melalui program Vaksin Gotong Royong.

Di tengah upaya pemerintah untuk memperluas cakupan vaksinasi menjadi dua juta dosis per hari, Indonesia dilanda gelombang kedua menyusul munculnya varian Delta yang mencapai puncaknya pada Juli 2021, dengan rekor 56.757 kasus terkonfirmasi dan 2.069 rekor kematian dilaporkan. nasional.

Pasokan vaksin yang cukup di dalam negeri mendorong pemerintah untuk mempercepat cakupan vaksinasi kepada 141 juta penduduk usia produktif dan remaja pada Agustus 2021.

Baru pada November 2021 lebih dari 100 juta orang menerima dosis pertama vaksinasi COVID-19. Sedangkan dosis kedua diberikan kepada lebih dari 57,5 ​​juta penduduk Indonesia. Dengan demikian, jumlah vaksinasi saat itu mencapai 157.707.427 dosis.

Artinya, cakupan dosis pertama mencapai 48,11 persen dari target penerima dan dosis kedua 27,62 persen dari target penerima.

Sejalan dengan itu, World Health Organization (WHO) menyatakan per 3 November 2021 seluruh provinsi di Indonesia berada pada level penularan komunitas Level 1, dengan penularan virus terukur minimal 20 per 100 ribu penduduk, jumlah rawat inap lima per 100 ribu penduduk, dan satu kematian per 100 ribu penduduk.

BACA JUGA:  Parlemen Irak Gagal Memilih Presiden untuk Kedua Kalinya

Relaksasi setelah gelombang Delta mereda tidak berlangsung lama. Pada awal tahun 2022, Indonesia memasuki gelombang ketiga pandemi akibat munculnya varian Omicron yang kabarnya pertama kali disebarkan oleh seorang WNI yang berasal dari Nigeria pada 27 November 2021.

Data Kementerian Kesehatan melaporkan jumlah kasus Omicron tertinggi dilaporkan pada 16 Februari 2022, yakni 64.718.

Meski demikian, jumlah pasien COVID-19 yang dirawat di rumah sakit masih terkendali, yakni mencapai 38 persen dari kapasitas isolasi dan ICU yang disediakan pemerintah.

Peran vaksinasi

Indonesia mencatat angka kesembuhan tertinggi pada 25 Februari 2022, dengan 61.361 pasien sembuh dari infeksi. Angka tersebut melampaui capaian tertinggi selama gelombang Delta, dengan jumlah pemulihan tertinggi mencapai 48.832, per 6 Agustus 2021.

Pakar kesehatan masyarakat Universitas Indonesia, Pandu Riono menilai situasi tersebut dipengaruhi oleh imunitas masyarakat, baik akibat vaksinasi COVID-19 maupun imunitas alami.

Berdasarkan laporan Gugus Tugas Covid-19, jumlah penerima vaksin pertama pada gelombang Delta mencapai 49.391.058 orang, dan dosis kedua sebanyak 22.891.824 orang. Sedangkan pada gelombang Omicron terjadi peningkatan sebanyak 190.531.114 orang untuk dosis pertama dan 143.280.295 orang untuk dosis kedua.

Jumlah tersebut belum termasuk penerima vaksin booster yang berjumlah 9.542.165 orang.

“Ini menunjukkan bahwa imunitas masyarakat memegang peranan penting. Artinya apapun variannya, vaksinasi diharapkan dapat mencegah keparahan dan kematian,” kata Riono dalam konferensi pers virtual.

Apalagi, Pandu melaporkan hasil penelitiannya tentang proporsi pasien COVID-19 yang meninggal berdasarkan status vaksinasi di Indonesia mulai 1 Maret 2020 hingga 16 Februari 2022.

Angka kematian pada pasien yang mendapat dosis kedua vaksin primer adalah 0,5 persen, sedangkan angka kematian pasien yang menerima dosis pertama adalah 2,3 persen. Jumlah ini relatif lebih rendah dibandingkan kasus kematian pada pasien yang tidak divaksinasi yang mencapai 7,5 persen.

BACA JUGA:  PBB Perluas Misi di Afghanistan dengan Daftar Panjang Hal yang Harus Dilakukan

Faktor lain yang bertanggung jawab atas kematian termasuk penyakit penyerta atau penyakit bawaan, seperti diabetes mellitus, penyakit ginjal, hipertensi, penyakit jantung, atau kombinasi dari penyakit penyerta ini.

Sesuai data Kementerian Kesehatan yang menganalisis 17.871 pasien yang dirawat di rumah sakit dari 21 Januari hingga 22 Februari 2022, 2.489 pasien meninggal. Sebagian besar dari mereka tidak sepenuhnya divaksinasi.

Sementara itu, risiko kematian non-lansia tanpa penyakit penyerta yang mendapat vaksin booster adalah 0,49 persen. Risiko kematian lansia tanpa penyakit penyerta yang telah mendapat vaksin booster adalah 7,5 persen.

Sementara itu, risiko kematian pada non-lansia tanpa penyakit penyerta yang telah menyelesaikan vaksinasi adalah 2,9 persen. Sedangkan risiko kematian pada lansia tanpa penyakit penyerta yang mendapat vaksin dosis lengkap adalah 22,8 persen.

Jumlah kematian di antara orang-orang dengan penyakit penyerta yang tidak menerima dosis vaksinasi penuh adalah 739 dibandingkan dengan 20 pada kelompok vaksin booster.

Dengan demikian, vaksinasi COVID-19 lengkap ditambah dosis booster dapat memberikan perlindungan hingga 91 persen dari kematian, atau risiko sakit parah akibat SARS-CoV-2, kata Pandu.

Distribusi vaksinasi

Data dari dashboard vaksinasi Kementerian Kesehatan menunjukkan bahwa kecepatan vaksinasi harian berada pada kisaran 1-1,4 juta dosis per hari, yang bergerak stabil sepanjang awal Februari 2022 hingga sekarang. Sejauh ini, lebih dari 50 persen dari total penduduk Indonesia yang berjumlah 270 juta telah menerima dosis penuh.

Berdasarkan data cakupan vaksinasi, saat ini terdapat tujuh provinsi dengan cakupan vaksinasi penuh di bawah 50 persen: Sulawesi Tengah (48,63 persen), Aceh (48 persen), Sulawesi Barat (45,79 persen), Maluku Utara (43,54 persen), Papua Barat ( 39,22 persen), Maluku (39,09 persen), dan Papua (22,87 persen).

BACA JUGA:  New York Berencana untuk Membersihkan Tenda Tunawisma

Juru Bicara Vaksinasi COVID-19 Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi optimistis 70 persen penduduk Indonesia akan mendapatkan vaksinasi lengkap pada Juni 2022.

Hingga 1 Maret, stok vaksin COVID-19 di Indonesia telah dipatok 450 juta dosis. Sekitar 45-50 juta dosis masih dalam tahap produksi di fasilitas Bio Farma dan 10 juta dosis lagi siap didistribusikan, kata Tarmizi.

Sisanya 383 juta dosis sedang dalam proses pendistribusian ke daerah, tambahnya.

“Kalau melihat ketersediaan stok vaksin, ini cukup untuk menjangkau daerah-daerah terpencil. Fokus kami saat ini adalah vaksinasi booster yang hanya 10,2 juta dari target. Kami fokus pada percepatan vaksin booster,” kata Tarmizi.

Upaya pendistribusian vaksin ke seluruh daerah dibantu oleh pemerintah daerah yang menyalurkan vaksin ke pelosok, ujarnya.

Selain itu, pemerintah juga melibatkan Polri dan TNI untuk membantu petugas Puskesmas dalam memberikan vaksinasi di daerah terluar, terpencil, perbatasan, dan tertinggal, ungkapnya.

“Bahkan kami juga melibatkan misionaris yang berperan penting dalam memberikan pelayanan vaksinasi, seperti di pelosok Papua,” ujarnya.

Kemenkes juga telah meminta para pembuat kebijakan di pemerintah daerah untuk menggunakan kreativitas untuk memperluas cakupan vaksinasi, terutama di kalangan lansia melalui berbagai program kerja yang menarik, katanya.

“Sudah banyak strategi vaksinasi mobile, door to door, custom based, bahkan saat ini Polri sedang melakukan vaksinasi dengan hadiah minyak goreng,” ungkapnya.

Meski cakupan vaksinasi nasional saat ini cenderung berkontribusi terhadap penurunan kasus di tengah gelombang ketiga dalam sepuluh hari terakhir, masyarakat harus tetap waspada terhadap kemungkinan munculnya varian baru COVID-19—sesuatu yang tidak terlalu mudah ditebak, tambahnya.

Berita terkait: Kementerian mempercepat vaksinasi karena vaksin mencapai tanggal kedaluwarsa
Berita terkait: Gugus Tugas Desak Komitmen Masyarakat Patuhi Protokol Kesehatan
Berita terkait: Pemerintah harus tetap waspada meskipun tren turun COVID-19: Pembicara