Penguatan pentahelix di tengah kontroversi budaya dan agama sangat dibutuhkan

Jakarta (ANTARA) –Jakarta (ANTARA) – Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar, Dr KH Muammar Bakry Lc menilai perlu penguatan kebijakan Pentahelix BNPT di tengah kontroversi budaya dan agama.

Menurutnya, agama dan budaya bukanlah sesuatu yang patut dipertentangkan.

“Seharusnya jika kita memahami hakikat agama, maka antara budaya dan agama tidak pantas untuk dipertentangkan,” kata Muammar dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Jumat.

Ia melanjutkan, Islam sendiri secara khusus telah menganjurkan dan memerintahkan umatnya untuk selalu menjaga nilai-nilai kebaikan yang hidup dalam masyarakat, dalam hal ini adat istiadat yang tumbuh di masyarakat.

“Jadi apapun budaya dan nilai yang tidak bertentangan dengan nilai agama, tidak perlu diperdebatkan lagi,” kata Imam Besar Masjid Al Markas Al Islami Makassar dalam siaran pers dari BNPT Media Center for Peace.

Dewasa ini, pola infiltrasi kelompok radikal semakin masif dan telah menyentuh berbagai lini kehidupan, mulai dari pemerintahan hingga lembaga pendidikan yang kerap berupaya menghilangkan nilai-nilai budaya dan kearifan lokal bangsa ini.

“Ini karena, ideologi radikalisme menyerang akal, sel saraf manusia yang menghasilkan pemikiran yang membenarkan tindakan manipulasi agama, dan penyusupan ini adalah bagian dari upaya maksimal mereka, jihad,” jelas Muammar.

Baca juga: Akademisi UI: Konsep Pentahelix Bisa Berhasil Jika Sinerginya Kuat

Menurutnya, perlu melibatkan banyak komponen untuk mencegah laju infiltrasi kelompok radikal. Salah satunya melalui penguatan kebijakan Pentahelix yang dicanangkan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT).

“Saya kira semua komponen harus terlibat, semua lini dari semua lapisan masyarakat harus terlibat, dan kebijakan pentahelix yang digagas BNPT bisa mempersempit ruang pemikiran radikal ini sehingga tidak berkembang di masyarakat,” ujarnya.

Konsep pentahelix adalah penanggulangan radikalisme ideologis dan terorisme dengan kolaborasi dan kolaborasi multistakeholder yang melibatkan unsur pemerintah, akademisi, badan usaha atau pelaku, komunitas, komunitas, media dan pelaku seni.

Ia menilai penguatan kebijakan pentahelix juga harus diperkuat dengan menumbuhkan semangat dan nilai-nilai bagi seluruh jajaran komponen dan pemangku kepentingan terkait.

“Pertama, perlu ditanamkan pengetahuan yang mumpuni, agar pemahamannya bisa maksimal sehingga nantinya bisa tersampaikan dengan baik. pemangku kepentingan (pemangku kepentingan) kepada publik. Harus memiliki keterampilan yang baik mengenai literasi agama,” jelasnya.

Kedua, meningkatkan kesadaran bahwa bangsa Indonesia adalah satu, yaitu sebagai bangsa Indonesia dengan segala kebhinekaan dan kebhinekaan yang dipersatukan dengan Pancasila dan UUD 1945 serta budaya yang khas.

“Kita berideologi Pancasila, hidup dalam keberagaman, kita memiliki UUD 1945 dan budaya yang unik. Ini yang harus kita semua pahami dan perkuat,” ujar pengajar Fiqih di UIN Alauddin Makassar ini.

Baca juga: Strategi pentahelix diperlukan untuk membangun budaya mitigasi bencana

Selain itu, pria yang juga Ketua Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) ini juga menekankan pentingnya penanaman moderasi beragama dalam rangka memperkuat ketahanan bangsa dari ancaman ideologi transnasional.

“Jika pemahaman moderasi beragama itu kuat dan didukung oleh nilai-nilai kebangsaan dan budaya, tentunya kita sebagai orang Indonesia akan semakin kuat,” kata Muammar yang juga Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (MUI) di Provinsi Sulawesi Selatan itu. .

Sebagai seorang akademisi dan tokoh agama, Muammar setidaknya menyebut dua contoh peran yang bisa dimainkan oleh rekan-rekan akademisi dan tokoh agama dalam memperkuat kebijakan pentahelix.

“Berdakwah dengan baik, formal dan informal. Menulis artikel di media sosial, ini juga perlu masif. Karena ruang media sosial tidak boleh diisi oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab,” ujarnya.

Dalam kesempatan ini, Muammar juga memaparkan tentang program FKPT Sulsel yang kini secara masif terus memperkuat kearifan lokal dalam rangka pencegahan dan penanggulangan terorisme di daerah.

“Kami di FKPT Sulsel terus berupaya memperkuat kearifan lokal dengan terus bersinergi dengan masyarakat dan itu tidak boleh terputus,” jelasnya.

Terakhir, beliau juga menyampaikan pesannya kepada seluruh lapisan masyarakat untuk terus meningkatkan kesadaran berbangsa.

“Kita harus solid sebagai orang Indonesia yang beragama. Karena apapun agama kita, kita harus saling menghormati dan kembali bahwa kita adalah orang Indonesia,” pungkasnya.

Baca juga: BNPT Terapkan Konsep Pentahelix untuk Cegah Terorisme dan Radikalisme

Wartawan: M Arief Iskandar
Editor: Joko Susilo
HAK CIPTA © ANTARA 2022