Pengamat: Penundaan Pilkada 2024 adalah dalih partai politik untuk meningkatkan posisi tawarnya

Pandemi COVID-19 yang masih berlangsung terbantahkan dengan suksesnya penyelenggaraan Pilkada ANTARA/B014 2020.

Jember, Jawa Timur (ANTARA) – Pengamat politik Universitas Jember Agung Purwanto menilai wacana penundaan Pilpres 2024 menjadi dalih parpol untuk meningkatkan posisi tawarnya di Pilpres 2024, dan urgensi penundaan tersebut. telah dipertanyakan.

“Alasan pandemi COVID-19 yang sedang berlangsung terbantahkan dengan suksesnya pelaksanaan pemilihan umum 2020 dengan menerapkan protokol kesehatan,” katanya, di Kabupaten Jember, Jawa Timur, Kamis.

Kemudian, kata dia, penyebab turunnya perekonomian juga dipertanyakan, karena sepanjang tahun 2021 perekonomian Indonesia tercatat mengalami pertumbuhan rata-rata 3,69 persen.

Artinya, alasan penundaan Pilkada Serentak 2024 yang diajukan elite parpol bukan alasan sebenarnya, tapi ada niat politik dalam usulan itu, ujarnya lagi.

Dilihat dari kepemimpinan parpol pengusul, yaitu Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Golkar, dan Partai Amanat Nasional (PAN), dapat dikatakan parpol tersebut tergabung dalam koalisi partai yang memerintah.partai yang berkuasa).

Namun, mereka bertiga berada di posisi kekuatan menengahsementara kekuatan utama Diselenggarakan oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP).

“Sederhananya, ketiga parpol tersebut hanya berpeluang menjadi calon wakil presiden dengan calon presiden dari Indonesia kekuatan utama, Sehingga dua tahun tidak cukup waktu untuk melakukan lobi politik dan meningkatkan posisi tawar untuk mendapatkan “posisi aman” sebagai calon wakil presiden,” ujarnya lagi.

Agung mengatakan bahwa sebenarnya dua tahun sudah cukup jika tidak ada hal penting yang terjadi padanya kekuatan utama koalisi partai yang berkuasa. Elektabilitas model dinasti yang direncanakan oleh kekuatan utama koalisi partai yang memerintah dengan PKB dan Golkar di dalamnya, tidak sejalan dengan realitas perilaku pemilih di lapangan.

“Hasil dari 25 lembaga survei tentang elektabilitas capres menyatakan bahwa 17 lembaga survei menunjuk Prabowo Subianto sebagai responden pilihan terbanyak,” kata dosen FISIP Unej itu.

BACA JUGA:  Pangdam ingatkan rekrutmen perwira karir TNI tidak diskriminatif

Sementara Ganjar Pranowo dari koalisi kekuatan besar partai yang memerintah tertinggi dipilih oleh responden dari 4 lembaga survei dan itu kurang dari 20 persen, meskipun kekuatan utama koalisi partai yang berkuasa menginginkan politik dinasti, artinya bukan Ganjar Pranowo.

“Ini akan sulit untuk kekuatan menengah Di satu sisi, untuk meningkatkan elektabilitas ketua partainya dan berhadapan dengan harus bekerja sama dengan calon presiden yang elektabilitasnya kurang kuat,” ujarnya.

Dia menjelaskan bahwa ide yang paling pragmatis adalah mengayun dalam koalisi. Elektabilitas Ketua Umum Partai Golkar dan juga elektabilitas Ketua Umum Partai PKB akan menjadi modal dalam posisi tawar ketua partai yang juga ketua partai. kekuatan utama bekas koalisi oposisi.

“Nah, dalam upaya mencari cara ‘pasangan dua kaki’ antara berada di koalisi partai yang memerintah atau secara pragmatis berayun, dua tahun itu tidak cukup,” katanya juga.
Baca juga: Partai NasDem Prediksi Usulan Penundaan Pilkada 2024 Akan Segera kandas
Baca juga: Puskapol UI: Akhiri Wacana Penundaan Pilkada Kembali ke Konstitusi

Reporter: Zumrotun Solichah
Redaktur: Budisantoso Budiman
HAK CIPTA © ANTARA 2022