Kanselir Jerman Olaf Scholz memulai kunjungan ke Israel, Rabu (2/3). Kunjungan itu dilakukan saat perang darat terbesar di Eropa dalam beberapa generasi berkecamuk antara Rusia dan Ukraina.
Scholz tiba di Israel Selasa malam (1/3) dan akan kembali ke Jerman Rabu malam dalam kunjungan pertamanya ke Israel sejak menjadi pemimpin Jerman. Kunjungan itu sendiri sebenarnya sudah direncanakan sebelum pertempuran pecah.
Scholz mengunjungi peringatan holocaust Yad Vashem bersama Perdana Menteri Israel Naftali Bennett dan keduanya kemudian mengadakan konferensi pers.
Kunjungannya dilakukan saat serangan Rusia di Ukraina berlanjut hingga hari ketujuh, dan saat negara-negara Barat bersatu melawan serangan tersebut.
Perang telah mendorong perubahan bersejarah pada kebijakan pertahanan Jerman. Pemerintah Jerman mengatakan pada hari Sabtu akan mengirim senjata anti-tank dan rudal permukaan-ke-udara ke Ukraina. Ini adalah pertama kalinya Jerman melakukan ini setelah Perang Dunia II. Jerman sebelumnya menolak mengekspor senjata ke zona konflik.
Berlin juga mengumumkan akan mengalokasikan dana khusus sebesar 100 miliar euro untuk angkatan bersenjatanya, meningkatkan pengeluaran pertahanannya menjadi lebih dari dua persen dari PDB.
Jerman dan Israel telah menjadi sekutu setia selama beberapa dekade. Kedekatan kedua negara dipicu oleh tragedi Holocaust, di mana Nazi Jerman membunuh 6 juta orang Yahudi. Kabinet di kedua negara secara teratur mengadakan pertemuan bersama. Jerman sendiri adalah mitra dagang terpenting Israel di Uni Eropa.
Tetapi Jerman, seperti sebagian besar Eropa, berselisih dengan Israel dalam masalah Palestina. Jerman telah menyerukan negara Palestina bersama Israel dan menentang pendirian pemukiman Israel di Tepi Barat. Jerman juga di antara kekuatan dunia yang bernegosiasi dengan Iran mengenai program nuklirnya. [ab/uh]