Presiden Rusia Vladimir Putin telah menempatkan persenjataan nuklirnya dalam keadaan siaga di tengah perang dengan Ukraina. Jika memang benar ada perang dengan senjata nuklir, akibatnya akan sangat mengerikan karena teknologi dan kemampuannya jauh berkembang dibandingkan masa lalu.
Kemampuan hulu ledak nuklir bervariasi, tergantung pada konstruksi dan desainnya. Tapi menurut standar saat ini, bom atom yang dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki bukanlah apa-apa.
Bom nuklir modern jauh lebih kuat. Bom atom Hiroshima dan Nagasaki kira-kira setara dengan 15 kiloton TNT dan 20 kiloton TNT. Bom nuklir modern, 5 kali lebih kuat.
“Banyak senjata nuklir modern di Rusia dan Amerika Serikat adalah termonuklir dengan daya ledak setara dengan 100 kiloton TNT,” kata International Campaign to Abolish Nuclear Weapons dikutip kami dari Deustche Welle, Rabu (2/3/2022).
Dari segi kuantitas, Rusia memiliki hulu ledak nuklir terbanyak di dunia, yakni 6.225, menurut data dari Stockholm International Peace Research Institute. Amerika Serikat berada di tempat kedua dengan 5.550 hulu ledak nuklir.
Namun, AS unggul dalam hal senjata nuklir yang siap dioperasikan di mana ada 1.800 yang sudah ditempatkan pada rudal. Sementara Rusia memiliki 1.625 yang siap beroperasi. Siap beroperasi artinya sewaktu-waktu bisa ditembakkan ke sasaran begitu ada perintah.
Negara lain yang memiliki senjata nuklir antara lain China dengan 359 hulu ledak, Prancis dengan sekitar 290 hulu ledak, dan Inggris dengan sekitar 225 hulu ledak nuklir.
Perang nuklir itu sendiri tentu akan menghancurkan siapa saja yang terlibat. Jika Kremlin di ibu kota Rusia dibom dengan senjata nuklir 100 kiloton, jumlah korban tewas bisa mencapai 250.000.
“Satu senjata nuklir yang diledakkan di ibu kota Amerika dapat membunuh lebih dari 170.000 orang dan melukai hampir 400.000 orang,” kata Dr Ira Helfland dari The International Physicians for the Prevention of Nuclear War.