Memperkuat kapasitas daerah untuk mengurangi risiko bencana

Saya telah mendesak untuk pelatihan, simulasi, dan peralatan mereka. Sekarang, saya mendesak pemerintah daerah untuk merawat pejabat dan peralatan untuk memeliharanya

Pengurangan risiko bencana dan pemulihan pascabencana terutama dibahas dalam Rapat Koordinasi Nasional Mitigasi Bencana 2022.

Pertemuan tersebut menunjukkan komitmen pemerintah Indonesia untuk menjadikan mitigasi bencana sebagai salah satu program prioritasnya. Hal itu sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2020-2024 tentang isu lingkungan, peningkatan ketahanan bencana, dan perubahan iklim.

Strategi penguatan mitigasi dan kesiapsiagaan bencana diperlukan untuk mewujudkan Indonesia yang tahan bencana dan dengan demikian mendukung pembangunan berkelanjutan.

Indonesia merupakan negara yang sering mengalami bencana alam. Misalnya, dilaporkan bahwa Indonesia menjadi saksi setidaknya 150 letusan gunung berapi selama dua dekade terakhir, menurut Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral pada 4 Februari 2022.

Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Hanik Humaida mengatakan, tingkat aktivitas vulkanik di Indonesia cukup tinggi dengan jenis letusan yang beragam.

“Selama periode 2000-2021, terjadi lebih dari 150 erupsi dari 38 gunung api dengan berbagai tipe erupsi, khususnya efusif, eksplosif, dan freatik sehingga menimbulkan berbagai fenomena berbahaya,” kata Humaida.

Oleh karena itu, pemerintah telah menetapkan kerangka konsep pengurangan risiko bencana, termasuk mempertimbangkan semua cara yang mungkin untuk meminimalkan dampak yang ditimbulkan oleh insiden bencana.

Berita terkait: Banjir merendam 2.433 rumah di Cirebon

Koordinator Bencana Geologi Pusat Mitigasi Universitas Jenderal Soedirman, Dr Indra Permanajati menjelaskan, aspek pertama yang perlu diperhatikan dalam penguatan kapasitas daerah dalam pengurangan risiko bencana adalah mengembangkan formulasi mitigasi dan kesiapsiagaan.

Menurutnya, kapasitas masing-masing daerah menjadi parameter krusial yang menjadi salah satu faktor penentu keberhasilan program pengurangan risiko bencana.

Saat ini, pemerintah telah menyiapkan beberapa instrumen kebijakan penanggulangan risiko bencana, salah satunya adalah Rencana Induk Mitigasi Bencana yang tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2020 tentang peta jalan penanganan bencana jangka panjang hingga tahun 2044.

Namun demikian, beragam perangkat kebijakan yang telah disiapkan perlu didukung melalui kerjasama beberapa pihak agar dapat beroperasi dan memenuhi target yang diharapkan.

Menurut Permanajati, merangkap anggota Ikatan Ahli Bencana Indonesia, penguatan kapasitas daerah dapat didukung oleh data, informasi, dan peta risiko di setiap daerah di tanah air. Selain itu, ia menyarankan program peningkatan literasi masyarakat dalam kebencanaan yang dapat meningkatkan pemahaman mereka tentang risiko setidaknya di tingkat daerah.

Upaya lain untuk memberdayakan kapasitas daerah dalam menghadapi bencana adalah dengan meningkatkan kesadaran adaptasi perubahan iklim serta meningkatkan ketahanan sosial dan kesehatan masyarakat untuk meningkatkan standar pelayanan penanganan bencana.

Berita terkait: Banjir gusur ratusan warga Alue le Mirah di Aceh Timur

Yang tidak kalah pentingnya adalah mewujudkan masyarakat yang tangguh terhadap kejadian bencana. Oleh karena itu, sudah dekat untuk mendorong pendidikan kebencanaan untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat akan pentingnya upaya pengurangan risiko bencana.

Pendekatan lain untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang penanganan bencana adalah melalui program desa tangguh bencana, sehingga setiap desa memiliki kemampuan untuk secara mandiri beradaptasi dan menghadapi ancaman bencana dan segera pulih dari dampak yang merusak.

Penguatan kapasitas masyarakat dalam menghadapi bencana merupakan kunci pertahanan masyarakat dari ancaman bencana. Oleh karena itu, keterlibatan aktif antara pemerintah, pelaku usaha, akademisi, dan masyarakat sangat diperlukan.

Pencegahan bencana

Komitmen penguatan kapasitas daerah dengan menyelenggarakan program-program terkait sejalan dengan salah satu arahan Presiden Joko Widodo yang disampaikan pada pembukaan Rapat Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana 2022, Rabu, 23 Februari. Dalam arahannya, disebutkan bahwa program penanganan bencana harus berorientasi pada pencegahan. upaya.

Sementara itu, Permanajati menggarisbawahi bahwa program-program tersebut bertujuan untuk mencegah terjadinya bencana dan mempersiapkan masyarakat saat terjadi bencana.

Prinsip pencegahan terjadinya bencana dapat diterapkan pada jenis-jenisnya, seperti tanah longsor, banjir, dan penurunan muka tanah.

Namun, untuk bencana yang murni disebabkan oleh faktor alam, seperti gempa bumi, tsunami, dan letusan gunung berapi, masyarakat dapat siap menghadapinya, seperti dengan melatih mereka untuk menerapkan langkah-langkah keselamatan pribadi dan mengetahui langkah-langkah evakuasi ketika bencana seperti itu menyerang.

Dalam pelaksanaannya, upaya pengurangan dampak bencana tersebut telah dicontohkan oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Banjarnegara Jawa Tengah.

Berita terkait: Gempa Pasaman Barat: Palang Merah bangun rumah sementara untuk pengungsi

Program tersebut terdiri dari sosialisasi secara luas kepada masyarakat untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga keseimbangan alam, mengetahui tanda-tanda awal bencana, dan melakukan tindakan evakuasi saat terjadi bencana.

Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Banjarnegara Andri Sulistyo menjelaskan, program untuk memaksimalkan mitigasi bencana berbasis masyarakat juga mendorong budaya sadar bencana di wilayah setempat selain mengoptimalkan penggunaan alat peringatan dini.

Keterlibatan masyarakat untuk mendorong ketahanan terhadap bencana juga diperkuat melalui program desa tahan bencana. Pemerintah Kota Banjarnegara menargetkan pembentukan desa tahan bencana sebanyak 159 desa untuk meningkatkan kemandirian dan kesiapan masyarakat.

Program tersebut sesuai dengan model pentahelix yang dicanangkan pemerintah Indonesia dalam skema penanganan bencana, yaitu membangun sinergi dengan semua pihak terkait mulai dari tingkat terkecil, seperti dari tingkat keluarga.

Program serupa lainnya terkait tanggap bencana adalah Program Desa Siap Bencana yang dirancang oleh Kementerian Sosial.

Hampir mirip dengan program desa tahan bencana, Desa Siap Bencana bertujuan untuk membangun masyarakat yang kuat terhadap bencana di tingkat daerah.

Saat menghadiri acara simulasi Desa Siap Bencana di Desa Karangjompo, Tirto, Pekalongan, Jawa Tengah, Kamis, 3 Maret, anggota DPR MF Nurhuda Yusro berharap program tersebut tidak hanya dilaksanakan di Tirto.

Berita terkait: Korban tewas meningkat menjadi 7 dalam gempa Sumatera Barat, tanah longsor

Ia mencontohkan, program tersebut dapat dilaksanakan di Siwalan, Wonokerto, Pekalongan Barat, Pekalongan Utara, dan Pekalongan Timur.

“Saya sudah mendesak untuk pelatihan, simulasi, dan peralatannya. Sekarang saya mendesak pemerintah daerah untuk merawat pejabat dan peralatannya,” katanya.

Sementara itu, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Pekalongan, Jawa Tengah, telah membentuk desa tanggap bencana yang akan melibatkan masyarakat dalam penanggulangan bencana, seperti banjir dan gelombang pasang.

Kepala BPBD Pekalongan Saminta mengatakan, pihaknya juga akan melakukan kegiatan non fisik melalui program penyiapan masyarakat terhadap bencana banjir dan gelombang pasang selain kegiatan fisik atau pembangunan infrastruktur.

Berita terkait: Papua: MP mencari sanksi terhadap separatis karena menembak pekerja PTT

Berita terkait: Pertemuan para pemimpin ekonomi APEC ditetapkan pada 18-19 November