Jakarta (ANTARA) – Indonesia yang pertama kali menjabat sebagai presiden G20 tahun ini dalam forum G20 sejak didirikan pada 1999, menetapkan agenda prioritas dan memimpin pertemuan negara-negara yang menyumbang 85 persen dari PDB global.
Dengan tema utama “Recover Together, Recover Stronger”, Indonesia telah menetapkan transisi energi berkelanjutan atau green energy sebagai salah satu isu prioritas yang diangkat pada KTT G20.
KTT ini direncanakan untuk membahas transisi energi ke ekonomi rendah karbon dan penerapan energi hijau di negara maju dan berkembang.
Di Indonesia, salah satu cara untuk mewujudkan penerapan energi hijau adalah dengan membangun ekosistem kendaraan listrik.
Presiden Joko Widodo (Jokowi), pada peluncuran Program Kolaborasi Pengembangan Ekosistem Kendaraan Listrik di Jakarta, menegaskan bahwa pemerintah terus mengupayakan transformasi energi menuju energi baru dan terbarukan (EBT), termasuk kendaraan listrik.
Ekosistem kendaraan listrik akan mencakup industri hulu hingga hilir, mulai dari produksi motor listrik dan baterainya hingga penyediaan battery swapping station.
Jokowi optimistis melalui pengembangan ekosistem kendaraan listrik, Indonesia mampu menjadi produsen kendaraan listrik. Selain itu, target emisi nol karbon pada tahun 2060 dapat terwujud.
Berita terkait: Kementerian, INKA akan bangun bus listrik untuk KTT G20
Pemerintah juga mengungkapkan keterbukaan untuk menjalin kerjasama dengan berbagai negara guna mendorong masyarakat menggunakan kendaraan listrik yang dinilai lebih ramah lingkungan.
Pada tahap awal, kerjasama Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dengan swasta merupakan langkah nyata untuk mempercepat terwujudnya ekosistem kendaraan listrik terintegrasi di Indonesia.
Electrum, perusahaan patungan antara Gojek dan TBS Energi Utama (TBS), bersama Pertamina, Gesits, dan Gogoro, perusahaan teknologi asal Taiwan, bersinergi mempercepat pengembangan ekosistem kendaraan listrik terlengkap dan terintegrasi di Indonesia.
Berita terkait: Indonesia menargetkan 2 juta kendaraan listrik di jalan Indonesia
Perubahan iklim
Kepresidenan Indonesia di G20 memiliki peran strategis dalam membahas berbagai isu, termasuk perubahan iklim, sebagai penyebab utama pemanasan global.
Pemanasan global telah menjadi isu serius yang sedang diperbincangkan di semua negara saat ini. Semua negara diharapkan melakukan upaya nyata untuk menghindari kenaikan suhu rata-rata global yang kemungkinan dapat menyebabkan bencana ekologis dan berdampak pada kelangsungan hidup makhluk hidup.
Pemerintah melalui Kementerian Perhubungan juga mendorong penggunaan kendaraan listrik secara masif sebagai upaya pengurangan emisi karbon di sektor transportasi.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan penggunaan kendaraan listrik merupakan salah satu langkah terbaik untuk menekan perubahan iklim.
Sumadi menyatakan, pemerintah berkomitmen untuk menangani perubahan iklim dan pengurangan emisi di sektor transportasi Indonesia termasuk dengan menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2019 tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBLBB) untuk Transportasi Jalan.
Ia juga menyoroti bahwa Kementerian Perhubungan saat ini sedang menyusun Roadmap Transformasi Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBLBB) sebagai Kendaraan Operasional Pemerintah dan Angkutan Umum.
Selain itu, pemerintah akan memberikan insentif penurunan tarif uji tipe kendaraan bermotor listrik berbasis baterai.
Pada KTT G20 di Bali, bus listrik juga akan digunakan untuk mengangkut peserta G20 dari Bandara Ngurah Rai menuju lokasi acara G20.
Acara G20 harus dijadikan sebagai momentum untuk membangun pembangunan berkelanjutan dan kelestarian lingkungan yang lebih baik di masa depan.
Baca juga: Kemenhub Gelar Tur Mobil Listrik Jakarta-Jambi
Sejalan dengan itu, Kementerian Keuangan telah menetapkan tarif khusus bea masuk nol persen untuk impor kendaraan bermotor dalam keadaan Tidak Lengkap (IKD) untuk mendorong industri Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBLBB).
Hal ini diatur melalui Peraturan Menteri Keuangan Nomor PMK-13/MK.010/22 tentang Perubahan Keempat Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 6/PMK.010/2017 tentang Penetapan Sistem Klasifikasi Barang Dan Pengenaan Tarif Bea Masuk Atas Barang Impor Barang-barang.
Beberapa peraturan tersebut diterapkan untuk mewujudkan arahan Jokowi yang menargetkan dua juta kendaraan listrik di Indonesia pada tahun 2025 dapat digunakan masyarakat untuk aktivitas sehari-hari.
Jokowi juga ingin Indonesia menjadi eksportir dan pemain utama di industri kendaraan listrik.
Dukungan Energi Bersih
Masyarakat cenderung meremehkan penggunaan kendaraan listrik yang tidak menghasilkan emisi karbon tetapi mengkonsumsi energi dari pembangkit listrik tenaga uap berbahan bakar batubara atau fosil.
Pengamat transportasi Djoko Setijowarno menyatakan penggunaan kendaraan listrik pada KTT G20 di Bali diharapkan menjadi awal maraknya penggunaan energi alternatif di Indonesia.
Dia mencatat, penggunaan kendaraan ramah lingkungan di Indonesia dapat ditingkatkan dengan beberapa cara. Selain penggunaan kendaraan listrik berbasis baterai, upaya tersebut dapat dilakukan melalui penggunaan kendaraan berbahan bakar gas atau bertenaga surya.
Penggunaan kendaraan listrik juga harus dibarengi dengan upaya pembangkitan listrik dari energi baru dan terbarukan (EBT) untuk mengurangi dampak perubahan iklim secara signifikan, ujarnya.
Berita terkait: PEVS 2022 menjadi platform edukatif kendaraan listrik
Menurut Setijowarno, jika kendaraan listrik tersebut ditenagai oleh sumber energi terbarukan (EBT), seperti Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), berarti kendaraan listrik tersebut tidak menghasilkan emisi gas sama sekali.
Kepala Pusat Advokasi dan Kemasyarakatan MTI itu mengapresiasi langkah pemerintah mendorong maraknya penggunaan kendaraan ramah lingkungan.
Namun kebijakan terkait penggunaan kendaraan listrik dari hulu hingga hilir dirasa perlu, antara lain harga kendaraan yang terjangkau, kemampuan memenuhi kebutuhan energi bersih, dan ketersediaan Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) yang masih harus ditingkatkan.
Setijowarno menyampaikan, saat ini kendaraan listrik menjadi solusi penyelamatan lingkungan karena membantu mengurangi emisi karbon dari sektor transportasi.
Diharapkan ke depan ekosistem kendaraan listrik menjadi salah satu sektor yang berkontribusi dalam menghadapi perubahan iklim.
Berita terkait: Beberapa daerah di luar Jawa-Bali telah melewati puncak Omicron: menteri
Berita terkait: 140 rumah sakit COVID-19 di Jakarta mencatat penurunan 29 persen dalam BOR