Ketua MPR minta Indonesia terlibat aktif mewujudkan perdamaian dunia

Jakarta (ANTARA) – Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Indonesia (MPR) Bambang Soesatyo mendorong Indonesia untuk terlibat aktif dalam mewujudkan dunia yang damai, adil dan makmur, terutama pada masa perubahan geopolitik yang tidak lagi berada di bawah dominasi tunggal, seperti saat berakhirnya perang dingin.

“Kita tentu ingin kepemimpinan Indonesia di G-20 tahun ini dikenang dunia sebagai awal terwujudnya tatanan dunia yang damai, tumbuh lestari, dan menghapus segala penderitaan rakyat dunia,” ujar Bambang Soesatyo dalam keterangannya di Jakarta, Rabu.

Hal itu dikatakannya saat melantik Anggota Pengganti Sementara (PAW) MPR RI Moh. Haerul Amri dari Fraksi NasDem dan Hendris Sitompul dari Fraksi Partai Demokrat di Gedung MPR RI, Jakarta, Rabu.

Bambang mengatakan Presiden Joko Widodo dalam pidatonya di Roma pada Oktober 2021 telah menyampaikan tema kepresidenan Indonesia pada Forum G20, yaitu “Sembuh Bersama, Pulihkan Lebih Kuat“.

Menurutnya, tema yang diangkat adalah komitmen Indonesia untuk membawa dunia menjadi lebih inklusif dan bangkit bersama di tengah pandemi COVID-19 yang sedang berlangsung.

“Tahun 2022 merupakan momentum bagi Indonesia untuk berperan besar dalam mewujudkan dunia yang damai, adil dan sejahtera,” jelasnya.

Dijelaskannya, salah satu tujuan didirikannya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), sebagaimana tertuang dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945), adalah ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial, sebagai bagian integral dari kesejahteraan dan keadilan sosial bagi rakyat Indonesia.

Ia mengingatkan bahwa dunia saat ini sedang mengalami perubahan geopolitik, tidak lagi di bawah dominasi tunggal seperti ketika perang dingin berakhir, tetapi dalam situasi multipolar.

Menurutnya, negara-negara besar yang kuat secara ekonomi dan militer saling bersaing untuk mendapatkan pengaruh ekonomi dan politik secara global dan regional.

BACA JUGA:  E-voting dari perspektif peraturan dan keamanan siber

“Tidak hanya di Eropa Timur, tetapi juga di Timur Tengah, bahkan di kawasan Laut China Selatan, yang sewaktu-waktu dapat memicu eskalasi ketegangan,” ujarnya.

Ia mencontohkan, pekan ini dunia dikejutkan dengan gejolak di Eropa Timur, yakni ketika militer Rusia akhirnya masuk dan menyerang wilayah Ukraina.

Baca juga: Empat orang tewas dalam serangan udara di Kharkiv Ukraina

Konflik tersebut, menurut dia, menciptakan ketegangan global yang melibatkan kekuatan ekonomi dan militer terkuat di dunia, Rusia di satu sisi dengan Amerika Serikat, Uni Eropa dan NATO di sisi lain.

“Pada hari pertama konflik, dampaknya langsung terasa di seluruh dunia. Harga minyak sempat melonjak hingga mencapai 100 USD per barel dan pasar keuangan global merespon negatif,” katanya.

Ia khawatir jika perang berlangsung lama, harga minyak dunia diperkirakan akan menembus level 150 USD per barel dan memicu hiperinflasi global, termasuk di Indonesia, karena merupakan negara pengimpor minyak.

Menurutnya, semua pihak sangat berharap agar konflik antara Rusia dan Ukraina tidak berlangsung lama dan segera menuju jalan damai melalui perundingan yang menghasilkan perdamaian permanen.

“Indonesia sebagai negara bangsa yang berdaulat tentunya memiliki peran strategis di kancah global, apalagi Indonesia kini menjabat sebagai Presidensi G20, dimana pada puncaknya 20 pemimpin dunia akan bertemu pada KTT G20 di Bali, Oktober 2022,” ujarnya. dikatakan.

Baca juga: Forum Perdagangan, Investasi dan Industri G20 Digelar Akhir Maret

Wartawan: Imam Budilaksono
Editor: Fransiska Ninditya
HAK CIPTA © ANTARA 2022