Ketua partai penguasa Korea Selatan itu dirawat di rumah sakit pada Senin (7/3) setelah dipukul kepalanya oleh orang asing saat berkampanye untuk pemilihan presiden pekan ini. Peristiwa itu merupakan rangkaian kejanggalan yang terjadi di awal pencoblosan.
Persaingan ketat antara Lee Jae-myung dari Partai Demokrat yang berkuasa dan Yoon Suk-yeol dari oposisi utama Partai Kekuatan Rakyat tercermin dalam rekor jumlah pemilih hampir 37 persen dalam dua hari pemungutan suara yang berakhir Sabtu.
Serangan Senin terhadap Song Young-gil, pemimpin kampanye pemilihan Demokrat dan Lee, adalah peristiwa lain dalam pemilihan presiden yang dibayangi oleh skandal, taktik kotor, dan kesalahan.
Song dipukul di kepala dengan alat seperti palu kecil, dipegang oleh seorang pria yang mengenakan jubah tradisional yang mendekatinya dari belakang, menurut gambar video yang diunggah ke YouTube oleh seorang juru kampanye Demokrat.
Reuters tidak dapat memverifikasi gambar secara independen, tetapi pejabat partai mengatakan Song dalam kondisi stabil. Sedangkan penyerang yang dilumpuhkan petugas berhasil diserahkan ke polisi.
“Kekerasan menghancurkan demokrasi, itu tidak akan pernah bisa diterima,” kata calon presiden dari partai itu, Lee, pada rapat umum lainnya di kota pelabuhan tenggara Busan, berharap Song cepat pulih.
Insiden itu terjadi ketika petugas pemungutan suara bergegas mengubah rencana setelah prosedur pemungutan suara awal dirusak oleh antrean panjang penderita COVID di luar tempat pemungutan suara, sementara pemilih lain menerima surat suara yang sudah ditandai.
Ketika infeksi COVID-19 harian mendekati tingkat lebih dari 200.000 yang belum pernah terjadi sebelumnya dan lebih dari 1 juta menerima perawatan di rumah, parlemen meloloskan amandemen legislatif untuk memfasilitasi pemungutan suara langsung oleh pasien-pasien ini.
Tetapi kekacauan meletus di banyak tempat pemungutan suara selama pemungutan suara awal khusus hari Sabtu untuk pemilih yang terinfeksi, mendorong permintaan maaf berulang kali dari Komisi Pemilihan Nasional (NEC) karena gagal memastikan proses yang stabil dan teratur.
Presiden Moon Jae-in menyatakan penyesalannya pada hari Minggu, meminta NEC untuk sepenuhnya menjelaskan kesalahan dan menjamin hak setiap orang untuk memilih, kata juru bicaranya.
Sekitar 44 juta warga Korea Selatan memenuhi syarat untuk memilih pengganti Presiden Moon, yang secara hukum dilarang untuk dipilih kembali di tengah meningkatnya frustrasi publik dengan meroketnya harga rumah, politik terpolarisasi, dan skandal korupsi. [ah/rs]