Seorang pejabat tinggi Iran mengatakan Senin di Twitter bahwa negaranya sedang mencari “cara-cara kreatif” untuk memulihkan kesepakatan nuklirnya dengan kekuatan utama dunia. Pernyataannya muncul setelah menteri luar negeri Rusia mengaitkan sanksi terhadap Moskow atas perangnya terhadap Ukraina dengan negosiasi yang sedang berlangsung.
Tweet Ali Shamkhani, sekretaris Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran, menawarkan pengakuan tingkat tinggi pertama atas tuntutan Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov.
“Para peserta pembicaraan Wina bertindak dan bereaksi berdasarkan kepentingan dan itu bisa dimengerti,” tulis Shamkhani. “Interaksi kami … juga semata-mata didorong oleh kepentingan orang-orang kami. Oleh karena itu, kami mengevaluasi elemen baru dalam negosiasi dan akan mencari cara kreatif untuk mempercepat solusi.”
Dalam beberapa hari terakhir, para perunding di Wina telah mengisyaratkan bahwa kesepakatan potensial hampir tercapai karena pengawas nuklir PBB dan Iran telah menyetujui jadwal untuk mengungkapkan jawaban atas pertanyaan lama tentang program nuklir Teheran.
Tetapi Lavrov pada hari Sabtu mengatakan dia ingin “menjamin setidaknya pada tingkat menteri luar negeri” bahwa sanksi AS tidak akan mempengaruhi hubungan Moskow dengan Teheran. Sikap itu telah menimbulkan keraguan tentang pemulihan kesepakatan 2015, yang secara drastis membatasi upaya Iran untuk memperkaya uraniumnya dengan imbalan pencabutan sanksi ekonomi.
Pada Minggu (6/3), Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken menyebut permintaan Lavrov “tidak relevan” karena kesepakatan nuklir dan sanksi terhadap Moskow atas perang Ukraina adalah hal yang “sangat berbeda”.
Sementara itu, surat kabar milik negara, Waktu Teheranpada Senin (7/3) menerbitkan sebuah artikel yang menunjukkan bahwa rancangan kesepakatan nuklir di Wina memungkinkan Iran untuk “menjaga sentrifugal canggih dan bahan nuklirnya di dalam negeri.”
Ini adalah “suatu bentuk jaminan yang melekat untuk memastikan bahwa program nuklirnya diaktifkan kembali sepenuhnya jika AS mengingkari komitmennya lagi,” kata surat kabar itu, tanpa menyebutkan sumber informasinya.
Kesepakatan nuklir 2015 mengharuskan Iran untuk menempatkan sentrifugal canggihnya di bawah pengawasan Badan Energi Atom Internasional (IAEA), sambil membatasi pengayaannya hingga kemurnian 3,67% dan persediaan uraniumnya hingga 300 kilogram.
Pada 19 Februari, IAEA mengatakan persediaan uranium Iran hampir 3.200 kilogram. Beberapa dari persediaan tersebut telah diperkaya hingga 60% kemurnian. [ab/ka]