Pemerintah di seluruh Asia bergabung dengan pengenaan sanksi internasional, atau memberlakukan sanksi mereka sendiri, terhadap Rusia setelah invasinya ke Ukraina. Langkah negara-negara ini lebih dari sekadar sekutu AS. Bahkan, beberapa negara yang berusaha lebih netral secara politik juga mengecam agresi Rusia.
Terakhir kali Singapura memberlakukan sanksi sepihak terhadap negara lain adalah 44 tahun yang lalu. Saat itu Singapura menghukum Vietnam karena menyerang Kamboja, yang kemudian disebut Kampuchea.
Namun minggu ini, Singapura mengumumkan sanksi terhadap Rusia atas invasinya ke Ukraina. Menteri Luar Negeri Vivian Balakrishnan mengatakan masalah itu menyerang “hak untuk hidup dan sejahtera” negara-negara kecil.
Lim Tai Wei mengajar di Universitas Nasional Singapura. Dia mengatakan Singapura adalah salah satu dari banyak negara kecil yang merasa rentan jika tatanan dunia saat ini tidak dilindungi. “Invasi ini mengambil kedaulatan dengan sangat serius. Logikanya, jika negara rentan bisa ditaklukkan, maka bisa terjadi juga ke negara kecil lainnya,” ujarnya.
Bukan hanya Singapura. Banyak ekonomi terbesar di Asia Timur, dari Jepang hingga Korea Selatan hingga Australia, telah mengumumkan sanksi serupa.
Jepang mengutuk Rusia dengan sangat keras. Dalam pernyataannya, Perdana Menteri Fumio Kishida mengatakan kepada presiden Ukraina bahwa dia mendukung Ukraina dan menawarkan dukungan tak tergoyahkan untuk kedaulatan dan integritas wilayah Ukraina.
Sentimen anti-Rusia tidak diungkapkan dengan suara bulat di Asia. Terutama, China dan Korea Utara telah membela Rusia, dengan mengatakan bahwa akar penyebab konflik terletak pada Amerika Serikat. Di Asia Tenggara, sebagian besar pemerintah tetap diam.
Pekan lalu, Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara, atau ASEAN, merilis pernyataan tentang Ukraina yang pada dasarnya menahan diri untuk tidak menyatakan tindakan Rusia sebagai “invasi.” Padahal, pernyataan itu sama sekali tidak menyebut Rusia.
Lim Tai Wei mengatakan bahwa ASEAN mengambil sikap ini karena banyak negara anggotanya memiliki hubungan ekonomi dan militer yang kuat dengan Rusia sejak Perang Dingin.
“Beberapa negara anggota ASEAN memiliki hubungan yang sangat dekat, tradisional dan sudah berlangsung lama dengan Rusia. Jadi, negara-negara itu akan sedikit lebih berhati-hati. Jadi, dalam hal ini, suara sekutu AS seperti Jepang dan Korea Selatan serta mitra strategis seperti Singapura, bisa lebih cepat menjatuhkan sanksi kepada Rusia,” jelasnya.
Namun, bahkan di antara sekutu Amerika, situasi di Ukraina sekarang dapat mengubah hubungan dengan Rusia. Baik Korea Selatan maupun Jepang telah mengupayakan hubungan yang lebih baik dengan Moskow. Upaya itu sekarang tampaknya terancam.
Duta Besar Rusia untuk Seoul minggu ini mengatakan bahwa hubungan Rusia-Korea Selatan telah meningkat selama 30 tahun. Sekarang, katanya, hal-hal tampaknya telah “berubah arah.” [lt/jm]