Sudah dua tahun sejak Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), pada 11 Maret 2020, menyatakan wabah virus corona baru (COVID-19) sebagai pandemi global di tengah lonjakan drastis infeksi secara global.
Indonesia yang mengumumkan kasus COVID-19 pertamanya pada 2 Maret 2020, telah berjuang melawan virus tersebut dan telah berhasil mengendalikan tiga gelombang infeksi yang dipicu oleh masing-masing varian Alpha, Delta, dan Omicron dari COVID-19.
Penurunan terjadi setelah negara itu mengintensifkan penerapan protokol kesehatan, seperti mengenakan masker dan menjaga jarak, serta meningkatkan vaksinasi untuk mengendalikan penyebaran virus.
Pada 8 Maret 2022, Indonesia mencatat 30.148 kasus baru COVID-19, 55.128 pemulihan, dan 401 kematian di tengah gelombang ketiga yang dipicu oleh varian Omicron.
Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 mencatat total kasus 5.800.253, sembuh 5.226.530, dan meninggal 150.831, per 8 Maret 2022.
Menurut data Kementerian Kesehatan, per 7 Maret, hampir 192.134.689 orang Indonesia telah menerima vaksin COVID-19 pertama mereka, 148.347.458 telah divaksinasi lengkap, dan 12.698.131 telah menerima dosis booster.
Pemerintah telah menetapkan target vaksinasi setidaknya 208 juta dari lebih dari 270 juta penduduknya untuk mencapai kekebalan kelompok. Gerakan vaksinasi nasional dimulai pada 13 Januari 2021.
Cakupan vaksinasi dosis pertama sejauh ini sudah menyentuh 92,2 persen sedangkan cakupan dosis lengkap sudah mencapai 71,03 persen dan cakupan booster masih di bawah 10 persen dari target.
Pemerintah saat ini sedang menyiapkan peta jalan untuk mendukung transisi Indonesia secara bertahap dari fase pandemi ke fase endemis, menurut juru bicara pemerintah untuk penanganan COVID-19, Reisa Broto Asmoro.
Peta jalan tersebut akan digunakan untuk menormalkan aktivitas masyarakat secara bertahap melalui kebijakan pengendalian virus, menetapkan batas hunian rumah sakit, dan menekan angka kematian agar tetap rendah, jelasnya.
Road map tersebut disusun dengan memperhatikan beberapa hal dengan cermat, tidak hanya terkait dengan kesehatan dan ilmu pengetahuan, tetapi juga beberapa aspek kehidupan masyarakat seperti aspek sosial, budaya, dan ekonomi, katanya.
Untuk bersiap menghadapi masa endemis, daya lacak juga harus ditingkatkan, dan ini membutuhkan kerja sama semua pihak dalam penerapan protokol kesehatan, tambahnya.
“Masyarakat juga memiliki peran dalam menghentikan penyebaran COVID-19, dan selama ini, kami telah belajar selama dua tahun, untuk memulai hidup dengan beradaptasi dengan kebiasaan baru yang kami lakukan setiap hari,” katanya pada 7 Maret. .
Oleh karena itu, protokol kesehatan pra endemik juga sedang diselesaikan dan akan diterapkan segera setelah pandemi COVID-19 mereda, tambahnya.
Penyusunan protokol kesehatan pra endemik dengan melibatkan berbagai pemangku kepentingan seperti ahli epidemiologi dan praktisi kesehatan, kata juru bicara Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi, diinformasikan pada 7 Maret.
Protokol tersebut termasuk penghentian persyaratan tes antigen negatif atau PCR untuk pelancong domestik yang divaksinasi lengkap yang datang melalui darat, laut, dan udara, katanya.
Mereka juga mencakup perubahan batas yang ditempatkan pada kapasitas ruang publik seperti stadion dan pusat perbelanjaan, tambahnya.
“Semoga kita bisa terus menjaga dan menekan tren penurunan kasus saat ini sehingga kita bisa melewati pandemi ini bersama-sama,” ujarnya.
Namun, tanggal dimulainya fase endemik belum diputuskan karena Indonesia tidak dapat menyatakan hal ini jika negara lain tertinggal dalam hal penanganan COVID-19, menurut juru bicara gugus tugas Wiku Adisasmito.
Pandemi COVID-19 adalah masalah global yang memerlukan tindakan terpadu secara global, katanya.
“Jika pandemi di Indonesia sudah selesai, tetapi beberapa negara lain masih berjuang untuk mengendalikan pandemi, maka pandemi COVID-19 belum berakhir,” jelasnya.
Adisasmito mengatakan, tahap endemis hanya bisa tercapai jika masyarakat global mematuhi protokol kesehatan, seperti kewajiban memakai masker dan sering cuci tangan, serta saling mengingatkan dan melindungi dari bahaya penyakit.
“Sebagai bangsa yang besar, kita bisa menjadi contoh untuk membantu orang lain mengakhiri pandemi. Kita akan segera memasuki tahap endemik jika kita juga membantu mereka,” kata Adisasmito.
Sebelumnya, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin membenarkan bahwa pemerintah Indonesia sedang menyusun strategi untuk mengubah status pandemi COVID-19 menjadi endemik.
Namun, dia meyakini setiap negara perlu menunggu pengumuman resmi dari WHO untuk mencabut status pandemi tersebut.
“Kami juga mendapat arahan dari Presiden, dengan masukan dari Menko, mengenai strategi (pergeseran) dari pandemi ke tahap endemik. Protokolnya sudah kami siapkan,” kata Sadikin.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta pertimbangan matang sebelum mengambil keputusan dengan mempertimbangkan berbagai pendekatan dari aspek ilmiah, kesehatan, sosial, budaya, dan ekonomi, menurut menteri.
Jokowi berpesan untuk tidak terburu-buru mengubah status pandemi menjadi endemik dan tetap memperhatikan aspek kehati-hatian, tambahnya.
Berita terkait: Pemerintah harus tetap waspada meskipun tren turun COVID-19: Pembicara
Berita terkait: Pemerintah terbitkan panduan antisipasi gelombang ketiga COVID-19