Indonesia Bangun Pusat Keanekaragaman Hayati Nasional

Beberapa peneliti memperkirakan keanekaragaman hayati yang ditemukan selama ini hanya sekitar 10 persen dari total potensinya

Jakarta (ANTARA) – Indonesia membangun Pusat Keanekaragaman Hayati Nasional sebagai pusat penelitian dan kolaborasi ilmiah keanekaragaman hayati di bidang biologi, termasuk mikrobiologi, kata pejabat Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).
“Pembangunan sarana dan prasarana ini dimaksudkan untuk membangun Pusat Nasional Keanekaragaman Hayati di Indonesia yang modern dan lengkap,” kata Pj Deputi Bidang Sumber Daya Manusia, Iptek, Edy Giri Rachman Putra dalam keterangannya di Jakarta, Jumat.
Giri mencatat bahwa Pusat Keanekaragaman Hayati Nasional akan terbuka untuk kegiatan penelitian kolaboratif di tingkat nasional dan internasional.
Untuk itu, BRIN mengajak seluruh pemangku kepentingan terkait untuk berkolaborasi dalam meningkatkan penelitian dan inovasi di bidang keanekaragaman hayati.
Selain itu, fasilitas Indonesia Culture Collection (InaCC) merupakan pusat penyimpanan koleksi mikroorganisme dan merupakan komitmen kuat Indonesia untuk mendukung pemanfaatan keanekaragaman hayati secara global.

Berita terkait: BRIN bangun fasilitas canggih untuk menarik peneliti global

Sebagai negara yang memiliki kekayaan keanekaragaman hayati, Indonesia terus berupaya menjaga kelestariannya dengan mendirikan setidaknya 42 kebun raya di seluruh Indonesia.
Berbagai fasilitas penelitian baru juga telah dan sedang dibangun di Pusat Sains Cibinong, Laboratorium Bioproduk Terpadu, fasilitas Koleksi Kultur, Laboratorium Genomik, dan fasilitas lain yang terkait dengan biologi, mikrobiologi, dan praktik manufaktur yang baik.
Diharapkan diperoleh hasil penelitian dan inovasi unggulan terkait keanekaragaman hayati, baik di darat maupun di air, dengan memanfaatkan fasilitas penelitian dan inovasi yang modern dan lengkap yang disediakan oleh BRIN.
Kepala Badan Penelitian Ilmu Hayati (OR IPH) Badan Riset dan Inovasi Nasional Iman Hidayat sebelumnya memperkirakan baru 10 persen keanekaragaman hayati Indonesia yang belum teridentifikasi.

Berita terkait: Riset kelautan di Indonesia masih kurang: BRIN

“Beberapa peneliti memperkirakan keanekaragaman hayati yang ditemukan selama ini hanya sekitar 10 persen dari total potensinya,” katanya.
Indonesia merupakan negara dengan keanekaragaman hayati terbesar secara global, termasuk keanekaragaman hayati darat dan laut, katanya. Namun, keanekaragaman hayati yang berhasil ditemukan dan dicatat masih minim, tambahnya.
Oleh karena itu, eksplorasi dan penelitian untuk mengungkap dan memanfaatkan keanekaragaman hayati bangsa merupakan salah satu program prioritas BRIN, kata Hidayat.
Sebagai koordinator program riset nasional, OR IPH BRIN memiliki dua kegiatan penting, yaitu program terkait pengungkapan dan pemanfaatan keanekaragaman hayati serta konservasi tumbuhan langka, ujarnya.

Berita terkait: Tol Manado-Bitung Ciptakan Titik Baru Pertumbuhan Ekonomi: Jokowi

Berita terkait: Yogyakarta bersiap untuk lonjakan wisatawan di akhir pekan yang panjang