Serangan Rusia ke Ukraina membuat banyak orang khawatir akan akibatnya, termasuk para ilmuwan. Kekhawatiran tersebut terutama terkait dengan penggunaan senjata nuklir, dimana Rusia merupakan salah satu negara yang memiliki kemampuan seperti halnya beberapa negara NATO.
Memang kemungkinannya sangat kecil. “Ini (penggunaan bom nuklir) cukup jauh bahkan jika keadaan di luar kendali. Baik Amerika Serikat maupun Rusia, yang memiliki senjata nuklir paling banyak, cukup tegas untuk tidak menggunakannya,” kata Andrij Dobriansky, direktur Komite Kongres Ukraina Amerika.
Tapi kemungkinan itu masih ada. Hal ini dikemukakan oleh fisikawan di The International Physicians for the Prevention of Nuclear War. Mereka memperingatkan bahwa NATO dan Rusia memiliki kemampuan nuklir jika situasinya meningkat.
Menurut mereka, baik NATO maupun Rusia memiliki doktrin militer yang memungkinkan penggunaan senjata nuklir taktis untuk menghindari kekalahan dalam perang konvensional.
Mereka mengatakan, jika Kremlin di ibukota Rusia dibom dengan senjata nuklir 100 kiloton, jumlah korban tewas bisa mencapai 250.000.
“Ini bukan fantasi. Orang-orang yang mengatakan kita dapat menyimpan persenjataan nuklir sebesar itu selamanya dan berharap tidak ada hal buruk terjadi, saya pikir mereka adalah orang-orang yang hidup di dunia fantasi,” kata Dr Ira Helfland dari institut tersebut. .
“Satu bom nuklir yang diledakkan di ibu kota Amerika dapat membunuh lebih dari 170.000 orang dan melukai hampir 400.000 orang,” tambahnya, mengutip dampak bom nuklir yang menghancurkan.
Apapun yang terjadi, perang tentu akan berdampak sangat buruk, terutama bagi warga sipil. Ada kekhawatiran bahwa serangan Rusia ke Ukraina akan membawa bencana besar.
“Sebagian besar kematian dan penyakit dapat terjadi pada warga sipil dari ledakan senjata, pembubaran penduduk, kerusakan rumah sakit, air minum dan persediaan makanan,” kata Dr Barry Levy, ahli kesehatan dikutip dari Truthout, Kamis (24/2/ 2022).