Gagal Menyelamatkan Nyawa Gadis Kecil di Mariupol, Dokter: “Tunjukkan Ini kepada Putin”

Di kota pelabuhan Mariupol, di mana tentara dan warga Ukraina berjuang bersama untuk mencegah masuknya pasukan Rusia, sebuah ambulans dengan kecepatan tinggi melintasi daerah konflik ke rumah sakit kota. Di dalamnya ada seorang gadis kecil yang terluka parah oleh pecahan peluru dari pasukan Rusia.

Gadis berusia enam tahun itu tampak pucat. Darah terlihat di sebagian rambut cokelatnya dan diikat dengan karet gelang. Celana piyama dengan kartun unicorn berlumuran darah. Dia dilarikan ke rumah sakit bersama ayahnya, yang juga menderita luka di kepala.

Tim medis berjuang untuk memompa jantung gadis kecil itu sejak dia masih berada di ambulans. Mereka berpacu dengan waktu untuk bisa memulihkan kondisi gadis kecil itu, setidaknya sampai kondisinya stabil. Upaya ini berlanjut ketika ambulans tiba di rumah sakit. Dia dilarikan ke ruang gawat darurat. Ibu gadis itu menangis tersedu-sedu di depan pintu ruang gawat darurat menyaksikan putranya berjuang untuk hidupnya.

Jenazah gadis cilik yang ditembak mati oleh pasukan Rusia di Mariupol, Ukraina, disemayamkan di rumah sakit di kota itu pada 27 Februari 2022. (Foto: Evgeniy Maloletka)

Jenazah gadis cilik yang ditembak mati oleh pasukan Rusia di Mariupol, Ukraina, disemayamkan di rumah sakit di kota itu pada 27 Februari 2022. (Foto: Evgeniy Maloletka)

Seorang dokter dan beberapa perawat berbondong-bondong melakukan apa pun untuk menyelamatkan nyawa gadis kecil itu. Salah satunya memberikan suntikan. Sementara yang lain menggunakan defibrillator atau semacam alat medis untuk menganalisis irama jantung secara otomatis dan memberikan kejutan listrik untuk mengembalikan irama jantung jika diperlukan. Dokter berbaju biru memompa oksigen sambil menatap lurus ke kamera reporter Associated Press yang diperbolehkan masuk.

Gadis yang namanya belum diketahui itu tidak bisa diselamatkan. Dokter menutup mata gadis itu dan dengan lembut membelai rambut dan kepalanya. “Tunjukkan ini pada Putin,” kata dokter itu dengan marah. “(Tunjukkan) mata gadis ini dan mata kita yang menangis,” tambahnya. Para perawat tidak bisa menahan air mata mereka.

Tubuh gadis itu ditinggalkan di ruang gawat darurat sejenak, ditutupi jaket poliester berwarna cerah yang sebagian berlumuran darah. Sang ibu duduk sendirian di koridor rumah sakit yang dingin, memilah-milah barang-barang yang telah dibuangnya saat dia berlari ke rumah sakit. Dia tidak lagi menangis. Matanya kosong.

Hingga Selasa (1/3), hari keenam sejak Rusia menginvasi Ukraina, sedikitnya seratus warga sipil tewas, termasuk anak-anak.

Badan Pengungsi PBB, UNHCR, Selasa (1/3), mengatakan sekitar 660.000 pengungsi telah mengungsi dari Ukraina ke negara tetangga. Diperkirakan lebih dari empat juta warga akan meninggalkan Ukraina jika perang memburuk. [em/jm]