Lebih banyak komorbiditas berarti risiko kematian yang lebih tinggi
Jakarta (ANTARA) – Faktor penyakit penyerta dan tingkat vaksinasi menjadi faktor kunci dalam mengakhiri pandemi COVID-19 di Indonesia, menurut pakar kesehatan masyarakat Universitas Indonesia Pandu Riono.
“Selain tingkat vaksinasi, skrining penyakit penyerta juga penting saat ini,” kata Riono dalam dialog virtual yang disiarkan saluran YouTube Internet Sehat di Jakarta, Jumat.
Riono mencatat, prevalensi penyakit ginjal, kanker, hipertensi, dan diabetes di kalangan warga menunjukkan bahwa Indonesia saat ini sedang menyaksikan penyebaran berbagai penyakit tidak menular.
Berita terkait: Pemerintah pantau perkembangan Omicron di luar Jawa-Bali
Penyakit-penyakit tersebut sangat membebani jaminan kesehatan nasional BPJS Kesehatan yang mencakup klaim pengobatan penyakit, ujarnya.
Dia juga mengatakan bahwa orang dengan penyakit penyerta lebih rentan terhadap infeksi COVID-19, karena tingkat kematian COVID-19 untuk pasien dengan penyakit penyerta saat ini didominasi oleh mereka yang memiliki lebih dari satu penyakit penyerta.
“Lebih banyak komorbiditas berarti risiko kematian lebih tinggi,” kata Riono.
Riono juga menyoroti hasil penelitian yang dilakukan sejak 1 Maret 2021 hingga 16 Februari 2022, yang menyimpulkan kematian COVID-19 dengan penyakit penyerta didominasi oleh gagal ginjal sebesar 42,3 persen, disusul penyakit jantung sebesar 27,8 persen, kemudian Diabetes. Mellitus dengan 25,2 persen, dan hipertensi dengan 17,8 persen.
Berita terkait: Omicron dapat menyebabkan masalah kesehatan yang fatal pada anak-anak: IDAI
Dia juga menunjukkan bahwa tingkat kematian pasien positif COVID-19 tanpa penyakit penyerta mencapai 2,8 persen, sementara tingkat untuk satu penyakit penyerta meningkatkan kematian menjadi 14,8 persen, diikuti oleh dua penyakit penyerta dengan 25,5 persen, tiga penyakit penyerta sebesar 36,5 persen. , dan empat penyakit penyerta menjadi 40 persen.
Riono mendesak pihak berwenang untuk membuat regulasi yang kuat untuk mengendalikan produk dan bahan makanan yang berpotensi menyebabkan komorbiditas.
“Jika kita memiliki peraturan yang membatasi larutan garam, gula, dan lemak dalam produk makanan, itu akan mengurangi risiko komorbiditas,” kata Riono.
Penyakit penyerta juga membebani kapasitas kesehatan di Indonesia, oleh karena itu pentingnya deteksi dini untuk mengurangi kebutuhan perawatan medis untuk mengobati penyakit penyerta di puskesmas, katanya.
Berita terkait: Kemenperin tingkatkan PPKM di empat kota di Jawa-Bali menjadi 4
Berita terkait: Kasus Omicron diperkirakan akan memuncak sekitar pertengahan Maret: Pemerintah Indonesia