Ekonomi RI berpeluang terkontraksi 0,014% akibat konflik Rusia-Ukraina

Perang akan menyebabkan kenaikan harga minyak, yang pada akhirnya akan mendorong inflasi, khususnya inflasi harga yang fluktuatif

Jakarta (ANTARA) – Institute for Development of Economics and Finance (Indef) memproyeksikan ekonomi Indonesia tahun ini akan terkontraksi 0,014 persen akibat konflik Rusia-Ukraina.

“Perang tersebut menyebabkan kenaikan harga minyak, yang pada akhirnya akan mendorong inflasi, khususnya inflasi harga yang fluktuatif,” kata Kepala Pusat Makroekonomi dan Keuangan Indef Rizal Taufikurahman dalam diskusi publik online di Jakarta, Rabu.

Inflasi harga yang fluktuatif sudah mulai bergerak, terutama untuk komoditas seperti minyak, gas, dan daging, ujarnya.

Kenaikan harga bahan makanan yang akan segera terjadi selama bulan puasa Ramadhan diperkirakan akan menambah inflasi harga yang bergejolak, katanya.

Apalagi, pandemi masih berlangsung sehingga perekonomian kita dalam jangka pendek akan melambat,” prediksinya.

Dia memperkirakan harga minyak mentah dunia akan naik 1,14 persen akibat ketidakpastian konflik Rusia-Ukraina. Dengan demikian, harga komoditas lain akan mengikuti mengingat peran vital minyak di semua sektor ekonomi, jelasnya.

Harga daging diperkirakan naik 0,07 persen, makanan 0,05 persen, makanan jadi 0,08 persen, dan transportasi dan komunikasi 0,1 persen, katanya.

Ia berharap pemerintah segera mengantisipasi kemungkinan kenaikan harga berbagai komoditas dalam jangka pendek.

“Apalagi kita tidak tahu sampai kapan perang akan berlangsung,” katanya.

Penurunan pertumbuhan ekonomi Indonesia akibat konflik Rusia-Ukraina tidak akan signifikan dibandingkan China dan AS yang diperkirakan mengalami kontraksi ekonomi masing-masing 0,022 persen dan 0,023 persen, katanya.

Ekonomi Indonesia tumbuh 3,69 persen pada 2021 setelah sempat terkontraksi 2,07 persen pada 2020, menurut Badan Pusat Statistik (BPS).

“Pada triwulan IV 2021, ekonomi Indonesia tumbuh 1,06 persen qtq (quarter-to-quarter). Kalau saya bandingkan dengan triwulan IV 2020 tumbuh 5,02 persen (year-on-year/yoy). Secara kumulatif, ekonomi tumbuh 3,69 persen sepanjang 2021,” kata Kepala BPS Margo Yuwono dalam konferensi pers di Jakarta, Senin.

BACA JUGA:  Suara Wargo Muslim AS untuk Presiden

Berita terkait: Pembangunan infrastruktur untuk mendorong pertumbuhan ekonomi jangka panjang: Nazara

Pada tahun 2021, perekonomian Indonesia sebagian besar bertumpu pada penanganan pandemi COVID-19, ujarnya.

Misalnya, meskipun ekonomi mengalami kontraksi 0,74 persen (yoy) pada kuartal pertama tahun 2021, namun kinerjanya jauh lebih baik daripada tahun 2020, ketika COVID-19 menyebar dan memberikan tekanan besar pada perekonomian, tambahnya.

Berita terkait: Tidak ada negara yang menangguhkan pemilu untuk mengamankan stabilitas pertumbuhan ekonomi