Limbah yang dihasilkan manusia ada di mana-mana, termasuk di lautan. Melihat banyaknya gurita yang menggunakan sampah sebagai tempat berteduh, menunjukkan betapa buruknya sampah kita mencemari lautan.
Tinjauan sistematis foto dan video bawah air dari seluruh dunia telah menghitung 24 spesies cumi yang menjadikan sampah laut sebagai rumah mereka.
Selama bertahun-tahun, penyelam dan ilmuwan telah mengamati gurita bertelur di plastik atau alat tangkap yang tertinggal di laut. Beberapa makhluk ini bahkan pernah ditemukan menggunakan botol kaca, pot keramik, pipa logam, kaleng berkarat, atau gelas plastik sebagai atap untuk melindungi tubuh mereka.
Dikutip dari Science Alert, Rabu (16/3/2022) para peneliti mencatat sejumlah daerah di mana wisatawan mengumpulkan terlalu banyak kerang laut. Cephalopoda dari berbagai usia telah dipaksa untuk beradaptasi atau binasa.
Sampah laut menjadi alternatif mereka sebagai sarana perlindungan, namun hal ini justru menjadi kondisi yang mengkhawatirkan. Para peneliti khawatir tentang apa yang akan terjadi jika makhluk-makhluk ini menjadi terlalu bergantung pada kotoran manusia untuk berteduh.
“Efek positif yang nyata juga dapat memiliki beberapa konsekuensi yang merugikan dan tidak langsung,” kata peneliti studi yang dipimpin oleh ahli biologi kelautan dari Universitas Federal Rio Grande di Brasil.
Beberapa sampah, misalnya, dapat membuat gurita terpapar bahan kimia beracun atau logam berat. Salah satu foto yang dikumpulkan, misalnya, menunjukkan seekor gurita menempel pada baterai yang rusak parah. Tentu saja limbah ini masuk kategori ‘sangat mencemari’. Tidak hanya gurita, makhluk laut lainnya juga bisa terluka oleh serpihan tajam.
Secara keseluruhan, penulis penelitian mengumpulkan 261 gambar dan video bawah air dari gurita yang berinteraksi dengan limbah laut. Sebagian besar foto dan video dikumpulkan di media sosial dengan izin dari penulis aslinya, tetapi beberapa juga disumbangkan oleh ilmuwan kelautan dan lembaga penelitian.
Para peneliti menemukan catatan interaksi gurita dengan sampah laut telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir, dengan sebagian besar catatan terjadi antara 2018 dan 2021. Itu bisa jadi karena foto bawah air lebih mudah diambil sekarang daripada sebelumnya. Namun, ini juga bisa menjadi pertanda bahwa masalah sampah laut semakin parah.
“Terlepas dari deskripsi ini, beberapa penelitian berfokus pada interaksi antara gurita dan sampah laut, dan informasi ilmiah tentang hal ini hampir tidak diperbarui selama beberapa dekade terakhir,” kata para penulis.
Diperlukan lebih banyak penelitian, tetapi tinjauan awal ini telah mengungkapkan beberapa hasil penting. Para penulis awalnya menduga plastik sebagai sampah yang paling umum digunakan oleh gurita. Padahal, pada kenyataannya, lebih dari 40% interaksi gurita dengan botol kaca, dan ini paling banyak digunakan untuk berteduh.
Kaca jauh lebih sulit untuk dipecahkan, tetapi juga lebih mudah untuk tenggelam, yang dapat membuatnya lebih menarik bagi makhluk-makhluk dasar laut. Plus, kaca juga mempersulit predator lapar untuk masuk dan memangsa.
Dari gambar yang diperoleh, peneliti juga menyimpulkan bahwa cangkang kerang menjadi sangat langka dan kotoran manusia mendominasi sehingga gurita menggunakannya.